Wednesday 12 December 2012
Efek Pada Anak yang Suka Makanan Junkfood
Nutrisi di masa anak-anak berdampak panjang pada IQ, selain faktor intelejensia dan status sosial. Penelitian dilakukan pada 4.000 anak Skotlandia berusia tiga hingga lima tahun.
Mereka dibagi dalam kelompok "cepat saji dan baru dimasak". Peneliti memeriksa apakah makanan utama yang mereka makan tiap hari berpengaruh pada kemampuan kongitif dan pertumbuhan.
Peneliti Dr. Spohie von Stumm dari Departemen Psikologi Goldsmiths menemukan bahwa orangtua dengan status sosial-ekonomi lebih tinggi lebih sering memberi anak-anak mereka makanan dari bahan-bahan segar, yang akan berpengaruh positif pada IQ.
Status sosial-ekonomi yang lebih rendah berkaitan dengan anak-anak yang mengonsumsi makanan cepat saji, berpengaruh pada intelejensia yang lebih rendah.
"Itu adalah hal yang umum ketika tipe makanan yang kita makan akan berpengaruh pada perkembangan otak, namun penelitian terdahulu hanya melihat pada efek dari kelompok makanan tertentu pada IQ anak daripada tipe general makanan," katanya.
"Penelitian ini akan memberikan bukti kuat untuk mendukung banyak kampanye yang bertujuan untuk mengurangi jumlah anak-anak yang mengonsumsi makanan cepat saji di Inggris Raya," jelasnya.
"Anak-anak ini menunjukan hasil yang lebih rendah pada tes intelejensia dan seringkali harus berjuang di sekolah. Sekolah yang terletak di daerah yang kurang beruntung harus memberikan makanan yang seimbang pada anak-anak agar mereka dapat mecapai potensi kognitif mereka," katanya, dalam berita Antara.
"Kesegaran dan kualitas makanan lebih penting dari sekadar kenyang, terutama bagi anak-anak yang muda dan masih berkembang," katanya. Penemuan serupa di Australia pada bulan Agustus. Dalam studi itu, makanan sehat mendorong intelejensia balita. Balita yang mengonsumsi makanan dan minuman manis tidak begitu cemerlang ketika mereka tumbuh dewasa.
Pada usia delapan tahun, anak-anak yang mengonsumsi makanan cepat saji memiliki IQ yang lebih rendah hingga dua poin daripada mereka yang makan makanan sehat, berdasarkan studi yang dilakukan di University of Adelaide.
Studi lainnya, dari Amerika, yang dimuat di Journal of Epidemiology and Community Health pada tahun 2010, menunjukan bahwa anak-anak yang mengonsumsi makanan cepat saji seperti pizza, keripik kentang, dan biskuit di bawah usia tiga tahun dapat memiliki IQ yang lebih rendah daripada mereka yang makan masakan rumah dengn buah-buahan dan sayuran.
Anak-anak ini diperiksa lima tahun kemudian dan nilai IQ mereka lebih rendah
lima poin dari teman-temannya yang makan makanan sehat.
Para peneliti menduga efek negatif makanan cepat saji pada awal hidup mungkin tidak berubah di masa depan karena perkembangan otak terhambat.
Mereka dibagi dalam kelompok "cepat saji dan baru dimasak". Peneliti memeriksa apakah makanan utama yang mereka makan tiap hari berpengaruh pada kemampuan kongitif dan pertumbuhan.
Peneliti Dr. Spohie von Stumm dari Departemen Psikologi Goldsmiths menemukan bahwa orangtua dengan status sosial-ekonomi lebih tinggi lebih sering memberi anak-anak mereka makanan dari bahan-bahan segar, yang akan berpengaruh positif pada IQ.
Status sosial-ekonomi yang lebih rendah berkaitan dengan anak-anak yang mengonsumsi makanan cepat saji, berpengaruh pada intelejensia yang lebih rendah.
"Itu adalah hal yang umum ketika tipe makanan yang kita makan akan berpengaruh pada perkembangan otak, namun penelitian terdahulu hanya melihat pada efek dari kelompok makanan tertentu pada IQ anak daripada tipe general makanan," katanya.
"Penelitian ini akan memberikan bukti kuat untuk mendukung banyak kampanye yang bertujuan untuk mengurangi jumlah anak-anak yang mengonsumsi makanan cepat saji di Inggris Raya," jelasnya.
"Anak-anak ini menunjukan hasil yang lebih rendah pada tes intelejensia dan seringkali harus berjuang di sekolah. Sekolah yang terletak di daerah yang kurang beruntung harus memberikan makanan yang seimbang pada anak-anak agar mereka dapat mecapai potensi kognitif mereka," katanya, dalam berita Antara.
"Kesegaran dan kualitas makanan lebih penting dari sekadar kenyang, terutama bagi anak-anak yang muda dan masih berkembang," katanya. Penemuan serupa di Australia pada bulan Agustus. Dalam studi itu, makanan sehat mendorong intelejensia balita. Balita yang mengonsumsi makanan dan minuman manis tidak begitu cemerlang ketika mereka tumbuh dewasa.
Pada usia delapan tahun, anak-anak yang mengonsumsi makanan cepat saji memiliki IQ yang lebih rendah hingga dua poin daripada mereka yang makan makanan sehat, berdasarkan studi yang dilakukan di University of Adelaide.
Studi lainnya, dari Amerika, yang dimuat di Journal of Epidemiology and Community Health pada tahun 2010, menunjukan bahwa anak-anak yang mengonsumsi makanan cepat saji seperti pizza, keripik kentang, dan biskuit di bawah usia tiga tahun dapat memiliki IQ yang lebih rendah daripada mereka yang makan masakan rumah dengn buah-buahan dan sayuran.
Anak-anak ini diperiksa lima tahun kemudian dan nilai IQ mereka lebih rendah
lima poin dari teman-temannya yang makan makanan sehat.
Para peneliti menduga efek negatif makanan cepat saji pada awal hidup mungkin tidak berubah di masa depan karena perkembangan otak terhambat.
sumber : Rumah Sunatan
Monday 10 December 2012
Berbagai Penelitian Medis Tentang Khitan/Sunat
Berbagai penelitian tentang sunat/khitan telah dilakukan oleh para ahli kesehatan, penelitian
tentang sunat tersebut bertujuan untuk menguak lebih banyak informasi mengenai pengaruh sunat/khitan terhadap kesehatan tubuh dan untuk memperoleh data mengenai manfaat dan resiko sunat. Beberapa penelitian khitanan, diantaranya:
- Peneltian tentang kulup dari penis. Penelitian ini dilakukan oleh seorang ilmuwan ternama di Australia, dari penelitian khitanan yang dilakukannya terdapat satu penemuan medis bahwasanya kulup dari penis menyimpan reseptor yang dapat menjadi perantara berbagai penyakit kelamin, infeksi kelamin dan AIDS. Oleh karena itu, dengan sunat (memotong kulup pada bagian atas penis), seorang laki-laki akan terjaga kesehatannya dan akan terhindar dari berbagai penyakit berbahaya yang mematikan.
- Penelitian tentang pengaruh sunat terhadap seksualitas. Beberapa ilmuwan dari berbagai negara telah melakukan survei untuk memperoleh informasi tentang besarnya pengaruh sunat terhadap seksualitas laki-laki. Dari hasil penelitian khitanan tersebut disimpulkan bahwa pria yang tidak dikhitan kemampuan ereksinya akan lebih rendah dibandingkan pria yang dikhitan, selain itu pria yang dikhitan berpeluang besar untuk terhindar dari ejakulasi dini.
- Penelitian tentang pengaruh sunat terhadap pasangan wanita. Penelitian tentang sunat ini dilakukan oleh seorang ilmuwan di Amerika Serikat, dari beberapa data yang didapatkannya diperoleh hasil bahwasanya pengaruh sunat terhadap wanita cukup besar, diantaranya:
- Pria yang disunat dapat memberikan kenikmatan berhubungan seksualitas lebih besar terhadap wanita. Sehingga banyak wanita yang memilih berpasangan dengan pria yang telah disunat.
- Khitanan dapat mencegah terjadinya berbagai penularan penyakit kelamin dan kanker serviks pada wanita. Dengan dilakukannya sunat maka tidak akan terjadi penimbunan kotoran pada penis (karena timbunan kotoran inilah yang menyebabkan berbagai infeksi kelamin, penyakit kelamin dan kanker serviks).
- Pria yang disunat memiliki peluang yang lebih besar daripada pria yang tidak disunat terhadap berhasilnya proses awal kehamilan, karena dengan dilakukannya sunat maka sperma akan mengalir dengan lancar ke rahim wanita.
- Pengaruh sunat terhadap saluran kencing pria. Beberapa dokter kelamin di Amerika Serikat memperoleh data bahwa sunat dapat memperlancar saluran kencing pada pria. Sehingga kesehatan pria dapat lebih terjaga.
- Pengaruh khitanan terhadap psikologis pria. Penelitian khitanan ini dilakukan oleh seorang psikolog, dari data survey dapat disimpulkan bahwa apabila sunat dilakukan sesuai dengan ketentuan medis maka sunat tidak akan memberikan efek negatif terhadap psikologis pria.
sumber : Rumah Sunatan
Thursday 6 December 2012
Kenali Tanda Anak Kurang Gizi
Pakar nutrisi Emilia Achmadi mengatakan bahwa
menakar gizi anak tak cukup dengan hanya melihat proporsi visual tubuhnya. Anak dengan tubuh gemuk misalnya, tidak menjamin memiliki
kecukupan gizi yang baik.
"Jangan pernah menilai anak sehat dari gemuknya, karena anak gemuk belum tentu memiliki kandungan gizi seimbang. Anak bertubuh gemuk itu nggak menjamin sehat," kata Emilia saat menjadi pembicara di acara MeadJohnson Nutrition, di Jakarta.
Emilia menjelaskan sejumlah gejala yang menunjukkan anak kekurangan gizi. Tanda yang terkesan sepele sehingga kerap diabaikan: anak terlihat lebih kecil dibandingkan anak lain seusianya, sering sakit demam, napsu makan kurang, dan mudah mengantuk atau kelelahan.
Profesor Soekirman, ahli gizi sekaligus Guru Besar Institut Pertanian Bogor, menambahkan, kekurangan gizi terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan. Ditandai dengan lambatnya pertumbuhan tubuh, rendahnya daya tahan tubuh, kurangnya tingkat intelegensia atau kecerdasan.
Demi memenuhi kebutuhan gizi seimbang anak, ia merekomendasikan makanan-makanan bergizi tinggi yang variatif. Mulai dari meningkatkan asupan protein seperti susu, keju, yogurt, kacang kedelai, daging merah, biji-bijian, telur, ikan, dan ikan salmon.
"Jangan lupa juga memenuhi asupan air mineral setiap hari, makan buah-buahan seperti pisang, avokad, juga sayuran berwarna hijau pekat yang mengandung protein tinggi seperti brokoli," ujar wanita lulusan Oklahoma State University, Amerika Serikat, tersebut.
Kelebihan Gizi Juga Tak Baik
Tak cuma kurang gizi, kelebihan gizi juga berdampak negatif terhadap kesehatan dan kualitas hidup di masa mendatang. Ditandai dengan kelebihan berat badan, kelebihan gizi memperbesar risiko munculnya berbagai penyakit kronis degeneratif, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.
Profesor Soekirman mengatakan bahwa sama seperti kekurangan gizi, kelebihan gizi umumnya juga terjadi akibat perubahan pola makan yang tidak bergizi seimbang.
"Jangan pernah menilai anak sehat dari gemuknya, karena anak gemuk belum tentu memiliki kandungan gizi seimbang. Anak bertubuh gemuk itu nggak menjamin sehat," kata Emilia saat menjadi pembicara di acara MeadJohnson Nutrition, di Jakarta.
Emilia menjelaskan sejumlah gejala yang menunjukkan anak kekurangan gizi. Tanda yang terkesan sepele sehingga kerap diabaikan: anak terlihat lebih kecil dibandingkan anak lain seusianya, sering sakit demam, napsu makan kurang, dan mudah mengantuk atau kelelahan.
Profesor Soekirman, ahli gizi sekaligus Guru Besar Institut Pertanian Bogor, menambahkan, kekurangan gizi terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan. Ditandai dengan lambatnya pertumbuhan tubuh, rendahnya daya tahan tubuh, kurangnya tingkat intelegensia atau kecerdasan.
Demi memenuhi kebutuhan gizi seimbang anak, ia merekomendasikan makanan-makanan bergizi tinggi yang variatif. Mulai dari meningkatkan asupan protein seperti susu, keju, yogurt, kacang kedelai, daging merah, biji-bijian, telur, ikan, dan ikan salmon.
"Jangan lupa juga memenuhi asupan air mineral setiap hari, makan buah-buahan seperti pisang, avokad, juga sayuran berwarna hijau pekat yang mengandung protein tinggi seperti brokoli," ujar wanita lulusan Oklahoma State University, Amerika Serikat, tersebut.
Kelebihan Gizi Juga Tak Baik
Tak cuma kurang gizi, kelebihan gizi juga berdampak negatif terhadap kesehatan dan kualitas hidup di masa mendatang. Ditandai dengan kelebihan berat badan, kelebihan gizi memperbesar risiko munculnya berbagai penyakit kronis degeneratif, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.
Profesor Soekirman mengatakan bahwa sama seperti kekurangan gizi, kelebihan gizi umumnya juga terjadi akibat perubahan pola makan yang tidak bergizi seimbang.
sumber: Rumah Sunatan
Tuesday 4 December 2012
Sunday 2 December 2012
Penyakit Menular di Kolam Renang
Berenang di kolam renang atau tempat rekreasi lain adalah kegiatan olah
raga atau rekreasi yang banyak digemari oleh masyarakat termasuk
anak-anak. Tempat rekreasi air tersebut meliputi pantai, danau, air
terjun atau tempat rekreasi air lainnya. Tempat lain yang bukan
merupakan tempat rekreasi adalah sungai, rawa atau air banjir. Renang
adalah olahraga yang meningkatkan kulitas hidup dan kesehatan manusia.
Tanpa disadari, sebaliknya aktifitas tersebut ternyata dapat menyebabkan
tertularnya penyakit. Berbagai penyakit mulai dari yang ringan hingga
yang berat dapat terjadi penularannya lewat tempat tersebut.
Beberapa tahun yang lalu Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Badan pengawasan dan pencegahan penyakit di Amerika Serikat pernah menutup lebih dari 1.800 kolam renang umum. Tindakan itu dilakukan karena ditemukan bahaya infeksi yang dapat terjadi pada perenang. Pada awalnya didapatkan beberapa kasus diare selanjutnya terjadi peningkatan besar menjadi wabah di tahun 1990-an dengan kasus sebanyak 16.800 yang berhubungan dengan kolam renang dan spa. Juga dilaporkan wabah yang terjadi di negara bagian Georgia, AS, dimana beberapa anak menderita sakit akibat kuman E. Coli yang berasal dari kotoran penderita saat berenang.
Dari inspeksi yang dilakukan CDC terhadap 22.131 kolam renang, ditemukan 54% kolam renang yang bermasalah. CDC juga mengungkapkan terjadi peningkatan kasus yang besar atau outbreaks dari penyakit yang disebabkan rekreasi air dalam tahun 2000 didapatkan 228% lebih banyak dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Di Indonesia permasalahan ini belum banyak diperhatikan, karena belum ada data penelitiannya. Melihat perilaku masyarakat, kondisi sarana dan sistem pengawasan yang ada di Indonesia, mungkin saja permasalahan yang dapat ditimbulkan lebih mengkawatirkan dan harus lebih diwaspadai.
PENYAKIT INFEKSI
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dari Illinois Public Health didapatkan kelompok perenang secara bermakna lebih sering mengalami infeksi mata, telinga dan infeksi kulit dibandingkan dengan bukan perenang.
Menurut CDC berbagai penyakit seperti infeksi saluran cerna, infeksi mata, infeksi pernapasan, infeksi kulit, bahkan infeksi otak dapat ditularkan melalui kolam renang. Penyakit infeksi saluran cerna dengan gejala demam, diare dan muntah sering ditularkan melalui kolam renang. Penyakit tersebut meliputi gastroenteritis, disentri, kolera, tifus, hepatitis A, giardiasis, cryptosporidiosis, E coli, giardia, norovirus, salmonelosis atau sigelosis.
Penyakit infeksi mata dapat ditularkan melalui kolam renang adalah moluskum kontagiosum dan konjungtivitis (adenovirus). Otitis eksterna atau “Swimmer’s Ear” adalah infeksi telinga yang disebabkan karena Pseudomonas aeruginosa yang juga ditularkan lewat kolam renang.
Infeksi kulit yang yang penularannya dapat melalui kolam renang adalah “Hot Tub Rash”. Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas. Penyakit kulit lainnya adalah Cercarial Dermatitis. Gangguan ini sering dikenal sebagai penyakit “swimmer itch”. Gejalanya berupa kulit yang terasa panas terbakar, gatal, pada kulit tampak bintil seperti jerawat kecil kemerah-merahan kadang disertai melepuh. Penyakit ini disebabkan karena paparan dengan parasit yang terdapat pada burung dan hewan mamalia lainnya. Parasit tersebut mengkontaminasi manusia melalui perantara binatang keong yang terdapat di air tawar atau air asin seperti danau, kolam atau air laut. Parasit ini terpapar pada kulit perenang yang mengalami rash atau kulit terkelupas karena sensitif atau alergi. Biasanya penyakit ini terjadi pada musim panas. Dalam keadaan luka terbuka pada kulit infeksi yang bisa terjadi adalah terkena kuman vibrio parahemolitikus atau vibrio vulnifikus. Infeksi Pernapasan yang bisa ditularkan memalui kolam renang adalah faringokonjungtiva (infeksi tenggorok dan mata “belekan” yang disebabkan adenovirus), legionellosis (demam pontiak dan penyakit Legionnaires) dan mikobakterium avium kompleks. Gejala infeksi saluran napas tersebut pada umumnya adalah demam, batuk atau pilek. Pada keadaan daya tahan tubuh lemah dapat berpotensi menjadi pneumonia (radang paru).
Meskipun jarang terjadi penularan penyakit lewat air ini dapat mengakibatkan infeksi otak . Infeksi susunan saraf pusat yang dapat terjadi adalah infeksi selaput otak atau meningitis aseptik yang disebabkan enterovirus dan infeksi neigleria. Gejala yang dapat terjadi adalah demam tinggi, muntah, kejang, dan kesadaran menurun. Infeksi lainnya yang dapat terjadi adalah Hepatitis A atau penyakit infeksi virus yang terjadi pada hati atau “lever”. Gejala yang timbul adalah kulit dan mata tampak kuning, mual, muntah, demam dan badan lemas. Leptospirosis adalah infeksi yang disebabkan karena kuman leptospira juga dapat ditularkan lewat air.
Virus pada penderita Hepatitis B atau HIV yang ditemukan di darah atau sebagian kecil cairan tubuh penderita dapat memasuki badan atau aliran darah orang lain saat berenang. Tetapi CDC tidak mengkawatirkan keadaan ini karena virus penyebab HIV dan hepatitis C tidak akan hidup lama di cairan kolam renang yang mengandung klorin, Sebenarnya bila terdapat darah di kolam renang tidak ada alasan untuk menutup kolam renang tersebut. Tetapi kadang kala beberapa pengelola akan menutup sementara bila jumlah darah cukup banyak atau keamanan kesehatan diragukan.
PENCEGAHAN
Pencegahan penyebaran penyakit melalui kolam renang dapat diminimalkan bila dilakukan pengolahan kualitas air dengan baik. Pokok-pokok pengolahan air kolam renang adalah dengan penjernihan, pemberian zat koagulan dan disinfektan. Menjernihkan air dengan cara membubuhkan zat koagulan seperti tawas (AL2SO4)3. Soda Ash (Na2Co3) untuk menyaring air melalui saringan (filtrasi) dan membasmi lumut. Pemberian zat koagulan pada air kolam renang bertujuan untuk mengikat kotoran (zat organik) yang ada dalam air kolam menjadi keping yang lebih besar agar dapat lebih mudah diambil atau disaring.
Disinfeksi air dengan cara memasukkan zat kimia berupa klorin (chlorine). Manfaat klorin ini adalah sebagai zat kimia yang dapat membunuh virus, bakteri dan jamur. Meskipun setelah melalui proses,penyaringan air kelihatan bersih, namun harus dicurigai masih adanya bakteri di dalam air tersebut. Karena, klorin tidak dapat membunuh semua bakteri dan virus yang ada dengan segera.
Departemen kesehatan seharusnya melakukan kegiatan pengawasan rutin tentang kualitas air kolam renang. Kegiatan tersebut meliputi pengamatan lapangan dan pengambilan contoh air termasuk air pada proses produksi dan distribusi. Setelah dilakukan pemeriksaan contoh air dilakukan analisis hasil pemeriksaan. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul dari hasil pemeriksaan. Kegiatan tindak lanjut yang penting adalah upaya penyuluhan kepada pemakai. Jangan masuk kolam renang bila sedang mengalami diare, pengguna kolam renang akan terpapar kuman di dalam air. Jangan menelan air, harus diketahui klorin tidak bisa membunuh semua kuman. Hindari makan permen karet atau makan selama berenang atau bermain air. Cuci tangan dan anus dengan sabun setelah buang air besar atu mengganti diapers (popok). Kuman di tangan dapat menyebar kemana-mana termasuk di air. Beritahu petugas keamanan kolam renang bila terlihat material feses di air atau bila melihat orang lain mengganti diapers (popok) di kursi atau di meja.
Harus diketahui orang tua saat mebawa anaknya adalah harus segera membawa anaknya mengangkat anaknya segera bila hendak buang air kecil, buang air besar dan ganti diapers. Jangan berharap melindungi kencing dan feses dari diapers, karena alat tersebut tidak dapat tembus air. Bila buang air besar sebelum berenang cuci dengan bersih dengan sabun pada daerah bawah anak. Sehabis berenang sebaiknya harus cuci tangan dan mandi yang bersih bila hendak makan. Untuk mencegah infeksi saluran telinga sebaiknya setelah berenang daun telinga dan lubang telinga bagian luar juga dibersihkan dan dikeringkan. Kalau perlu dibersihkan dengan pembersih telinga yang mengandung kadar alkohol tertentu.
Saat berenang di danau atau laut, bila disekitarnya banyak didapatkan keong atau burung yang berkeliaran sebaiknya kita menunda aktifitas berenang. Karena, tempat tersebut berpotensi terjadi swimmwer itch atau Cercarial Dermatitis. Paling utama, bila dalam keadaan sakit sebaiknya kegiatan berenang harus ditunda dulu. Selain dapat memperberat penyakit yang ada, yang pasti dapat menulari orang lagi.
Segera setelah berenang harus mandi dan membersihkan seluruh anggota bagian tubuh dengan sabun dan air mengalir. Saat dipertengahan dalam kegiatan berenang, bila hendak makan makanan kecil tangan harus cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Kalau tidak sempat cuci sebaiknya anak_anak tidak memegang makanan dengan tangan sendiri, tapi disuap. Penularan penyakit di kolam renang sebagian besar dapat dicegah hanya dengan mencuci tangan.
Beberapa tahun yang lalu Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Badan pengawasan dan pencegahan penyakit di Amerika Serikat pernah menutup lebih dari 1.800 kolam renang umum. Tindakan itu dilakukan karena ditemukan bahaya infeksi yang dapat terjadi pada perenang. Pada awalnya didapatkan beberapa kasus diare selanjutnya terjadi peningkatan besar menjadi wabah di tahun 1990-an dengan kasus sebanyak 16.800 yang berhubungan dengan kolam renang dan spa. Juga dilaporkan wabah yang terjadi di negara bagian Georgia, AS, dimana beberapa anak menderita sakit akibat kuman E. Coli yang berasal dari kotoran penderita saat berenang.
Dari inspeksi yang dilakukan CDC terhadap 22.131 kolam renang, ditemukan 54% kolam renang yang bermasalah. CDC juga mengungkapkan terjadi peningkatan kasus yang besar atau outbreaks dari penyakit yang disebabkan rekreasi air dalam tahun 2000 didapatkan 228% lebih banyak dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Di Indonesia permasalahan ini belum banyak diperhatikan, karena belum ada data penelitiannya. Melihat perilaku masyarakat, kondisi sarana dan sistem pengawasan yang ada di Indonesia, mungkin saja permasalahan yang dapat ditimbulkan lebih mengkawatirkan dan harus lebih diwaspadai.
PENYAKIT INFEKSI
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dari Illinois Public Health didapatkan kelompok perenang secara bermakna lebih sering mengalami infeksi mata, telinga dan infeksi kulit dibandingkan dengan bukan perenang.
Menurut CDC berbagai penyakit seperti infeksi saluran cerna, infeksi mata, infeksi pernapasan, infeksi kulit, bahkan infeksi otak dapat ditularkan melalui kolam renang. Penyakit infeksi saluran cerna dengan gejala demam, diare dan muntah sering ditularkan melalui kolam renang. Penyakit tersebut meliputi gastroenteritis, disentri, kolera, tifus, hepatitis A, giardiasis, cryptosporidiosis, E coli, giardia, norovirus, salmonelosis atau sigelosis.
Penyakit infeksi mata dapat ditularkan melalui kolam renang adalah moluskum kontagiosum dan konjungtivitis (adenovirus). Otitis eksterna atau “Swimmer’s Ear” adalah infeksi telinga yang disebabkan karena Pseudomonas aeruginosa yang juga ditularkan lewat kolam renang.
Infeksi kulit yang yang penularannya dapat melalui kolam renang adalah “Hot Tub Rash”. Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas. Penyakit kulit lainnya adalah Cercarial Dermatitis. Gangguan ini sering dikenal sebagai penyakit “swimmer itch”. Gejalanya berupa kulit yang terasa panas terbakar, gatal, pada kulit tampak bintil seperti jerawat kecil kemerah-merahan kadang disertai melepuh. Penyakit ini disebabkan karena paparan dengan parasit yang terdapat pada burung dan hewan mamalia lainnya. Parasit tersebut mengkontaminasi manusia melalui perantara binatang keong yang terdapat di air tawar atau air asin seperti danau, kolam atau air laut. Parasit ini terpapar pada kulit perenang yang mengalami rash atau kulit terkelupas karena sensitif atau alergi. Biasanya penyakit ini terjadi pada musim panas. Dalam keadaan luka terbuka pada kulit infeksi yang bisa terjadi adalah terkena kuman vibrio parahemolitikus atau vibrio vulnifikus. Infeksi Pernapasan yang bisa ditularkan memalui kolam renang adalah faringokonjungtiva (infeksi tenggorok dan mata “belekan” yang disebabkan adenovirus), legionellosis (demam pontiak dan penyakit Legionnaires) dan mikobakterium avium kompleks. Gejala infeksi saluran napas tersebut pada umumnya adalah demam, batuk atau pilek. Pada keadaan daya tahan tubuh lemah dapat berpotensi menjadi pneumonia (radang paru).
Meskipun jarang terjadi penularan penyakit lewat air ini dapat mengakibatkan infeksi otak . Infeksi susunan saraf pusat yang dapat terjadi adalah infeksi selaput otak atau meningitis aseptik yang disebabkan enterovirus dan infeksi neigleria. Gejala yang dapat terjadi adalah demam tinggi, muntah, kejang, dan kesadaran menurun. Infeksi lainnya yang dapat terjadi adalah Hepatitis A atau penyakit infeksi virus yang terjadi pada hati atau “lever”. Gejala yang timbul adalah kulit dan mata tampak kuning, mual, muntah, demam dan badan lemas. Leptospirosis adalah infeksi yang disebabkan karena kuman leptospira juga dapat ditularkan lewat air.
Virus pada penderita Hepatitis B atau HIV yang ditemukan di darah atau sebagian kecil cairan tubuh penderita dapat memasuki badan atau aliran darah orang lain saat berenang. Tetapi CDC tidak mengkawatirkan keadaan ini karena virus penyebab HIV dan hepatitis C tidak akan hidup lama di cairan kolam renang yang mengandung klorin, Sebenarnya bila terdapat darah di kolam renang tidak ada alasan untuk menutup kolam renang tersebut. Tetapi kadang kala beberapa pengelola akan menutup sementara bila jumlah darah cukup banyak atau keamanan kesehatan diragukan.
PENCEGAHAN
Pencegahan penyebaran penyakit melalui kolam renang dapat diminimalkan bila dilakukan pengolahan kualitas air dengan baik. Pokok-pokok pengolahan air kolam renang adalah dengan penjernihan, pemberian zat koagulan dan disinfektan. Menjernihkan air dengan cara membubuhkan zat koagulan seperti tawas (AL2SO4)3. Soda Ash (Na2Co3) untuk menyaring air melalui saringan (filtrasi) dan membasmi lumut. Pemberian zat koagulan pada air kolam renang bertujuan untuk mengikat kotoran (zat organik) yang ada dalam air kolam menjadi keping yang lebih besar agar dapat lebih mudah diambil atau disaring.
Disinfeksi air dengan cara memasukkan zat kimia berupa klorin (chlorine). Manfaat klorin ini adalah sebagai zat kimia yang dapat membunuh virus, bakteri dan jamur. Meskipun setelah melalui proses,penyaringan air kelihatan bersih, namun harus dicurigai masih adanya bakteri di dalam air tersebut. Karena, klorin tidak dapat membunuh semua bakteri dan virus yang ada dengan segera.
Departemen kesehatan seharusnya melakukan kegiatan pengawasan rutin tentang kualitas air kolam renang. Kegiatan tersebut meliputi pengamatan lapangan dan pengambilan contoh air termasuk air pada proses produksi dan distribusi. Setelah dilakukan pemeriksaan contoh air dilakukan analisis hasil pemeriksaan. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul dari hasil pemeriksaan. Kegiatan tindak lanjut yang penting adalah upaya penyuluhan kepada pemakai. Jangan masuk kolam renang bila sedang mengalami diare, pengguna kolam renang akan terpapar kuman di dalam air. Jangan menelan air, harus diketahui klorin tidak bisa membunuh semua kuman. Hindari makan permen karet atau makan selama berenang atau bermain air. Cuci tangan dan anus dengan sabun setelah buang air besar atu mengganti diapers (popok). Kuman di tangan dapat menyebar kemana-mana termasuk di air. Beritahu petugas keamanan kolam renang bila terlihat material feses di air atau bila melihat orang lain mengganti diapers (popok) di kursi atau di meja.
Harus diketahui orang tua saat mebawa anaknya adalah harus segera membawa anaknya mengangkat anaknya segera bila hendak buang air kecil, buang air besar dan ganti diapers. Jangan berharap melindungi kencing dan feses dari diapers, karena alat tersebut tidak dapat tembus air. Bila buang air besar sebelum berenang cuci dengan bersih dengan sabun pada daerah bawah anak. Sehabis berenang sebaiknya harus cuci tangan dan mandi yang bersih bila hendak makan. Untuk mencegah infeksi saluran telinga sebaiknya setelah berenang daun telinga dan lubang telinga bagian luar juga dibersihkan dan dikeringkan. Kalau perlu dibersihkan dengan pembersih telinga yang mengandung kadar alkohol tertentu.
Saat berenang di danau atau laut, bila disekitarnya banyak didapatkan keong atau burung yang berkeliaran sebaiknya kita menunda aktifitas berenang. Karena, tempat tersebut berpotensi terjadi swimmwer itch atau Cercarial Dermatitis. Paling utama, bila dalam keadaan sakit sebaiknya kegiatan berenang harus ditunda dulu. Selain dapat memperberat penyakit yang ada, yang pasti dapat menulari orang lagi.
Segera setelah berenang harus mandi dan membersihkan seluruh anggota bagian tubuh dengan sabun dan air mengalir. Saat dipertengahan dalam kegiatan berenang, bila hendak makan makanan kecil tangan harus cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Kalau tidak sempat cuci sebaiknya anak_anak tidak memegang makanan dengan tangan sendiri, tapi disuap. Penularan penyakit di kolam renang sebagian besar dapat dicegah hanya dengan mencuci tangan.
sumber : rumah sunatan
Subscribe to:
Posts (Atom)