Monday 18 March 2013

Kerang Bisa Hancurkan Sel Penyebab Kanker


Hewan yang tumbuh di air dan jago menempel pada sesuatu ini memiliki banyak manfaat kesehatan. Baru-baru ini, penelitian mengungkapkan manfaat kerang lainnya untuk pengobatan kanker. Saat ini para ilmuwan telah menciptakan bahan yang meniru protein pada kerang untuk memberikan obat kanker dan menghancurkan sel-sel penyebab kanker.

Sebuah penelitian yang mempelajari moluska kecil di Washington menyebutkan kalau kerang hidup dalam pedalaman di bawah air yang berpegang kuat pada batu, rumput maupun bahan lain dalam air. Profesor Emily Carrington, ahli biologi mengatakan kecepatan air 10 meter per detik ini setara angin bertiup 965km / h. "Kerang bisa menempel pada batu dan dapat menahan berat orang yang sudah dewasa" kata Herbert Waite, seorang ahli biologi molekuler dari University of California.

Lem yang ada pada kaki kerang, yang disebut byssus ini bisa membuat semua permukaan basah, kering, organik atau anorganik bisa ditempeli kerang. Phillip Messersmith, profesor teknik biomedis dari Northwestern University, adalah salah satu peneliti yang meneliti kekuatan lem pada kerang. Ia dan timnya telah mengembangkan versi yang sama terhadap lem tahan air yang dimiliki kerang pada protein yang dapat membantu luka di antara aplikasi medis lainnya.

"Kerang memiliki peran dalam perbaikan atau rekonstruksi jaringan dalam tubuh manusia, hal ini berguna untuk memperbaiki membran janin prematur yang pecah, suatu kondisi yang dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur dan komplikasi serius lainnya. Hingga saat ini, Prof Messersmith dan timnya masih bekerjasama dengan para peneliti di Eropa untuk menguji klinis protein tersebut. Tim lainnya bekerja untuk mengembangkan versi sintetis dari perekat kerang yang bisa membantu memperbaiki gigi dan tulang patah.

Tapi percobaan laboratorium ini menunjukkan kalau kerang secara signifikan kurang mampu bertahan ketika suhu meningkat pada perairan 10 sampai 18 derajat Celcius. "Kaki kerang melemah pada akhir musim panas dan awal musim gugur, maka dari itu, kami sedang berusaha untuk mempelajari apa yang menyebabkan hal ini. Apakah terkait dengan cuaca yang lebih hangat atau sesuatu yang lain," jelas Prof Carrington, seperti dilansir News, Senin (18/2/2013).


Sumber : Rumah Sunatan

No comments:

Post a Comment